bangsa babi lokal dan karakteristiknya



Daging babi yang mungkin memiliki kelebihan dari daging lainnya seperti dari rasa yang lebih gurih dan empuk. Namun daging babi jarang ditemukan di daerang yang umumnya beragama muslim karena tidak adanya konsumen pada daging babi tersebut, akan tetapi lain halnya pada daerah yang umumnya beragama lain seperti di Sumatra, Makassar, Sulawesi, Bali, dan lain-lain. Daging babi banyak dicari oleh konsumen baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk acara besar.
Babi : adalah sejenis hewan ungulata yang bermancung panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Kadang juga dikenali sebagai khinzir (perkataan Arab). Babi adalah omnivora, yang berarti mereka mengkonsumsi baik daging maupun tumbuh-tumbuhan. Selain itu, babi adalah salah satu mamalia yang paling pintar, dan dilaporkan lebih pintar dan mudah dipelihara dibandingkan dengan anjing dan kucing.
Bangsa-bangsa babi dibagi menjadi beberapa 3 type yaitu tipe lemak, tipe daging dan tipe dwiguna (bacon), hal ini terjadi karena permintaan konsumen, sifat bahan makanan yang diberikan dan cara pemeliharaan akan tetapi pada peternakan modern saat ini bangsa ini tidak ada karena satu tujuan yaitu untuk menghasilkan daging yang bermutu.
Bangsa Babi Lokal dan karakteristiknya
1. Babi Bali
merupakan babi yang didatangkan dari tiongkok. lama-kelamaam menjadi babi asli, yang asalnya dari babi liar. Babi di Bali terdapat dua tipe yaitu tipe pertama terdapat di bagian timur pulau Bali yang diduga berasal dari Sus vittatus setempat. Babi ini berwarna hitam dan bulunya agak kasar. Punggungya sedikit melengkung ke bawah namun tidak sampai menyentuh tanah dan cungurnya relative panjang.
Tipe yang kedua terdapat di utara, tengah, barat dan selatan pulau Bali. Babi ini punggungnya sampai melengkung ke bawah (lordosis), perutnya besar dan sering menyentuh tanah dalam keadaan bunting atau gemuk. Warnanya hitam kecuali di garis perut bagian bawah dan keempat kakinya dan kadang-kadang di dahinya berwarna putih. Kepala pendek sekitar 24-28 cm, telinga tegak dan pendek, yakni sekitar 10-11 cm. Babi inilah yang umumnya disebut babi Bali.
Tinggi pundaknya adalah sekitar 48-54 cm, panjang tubuhnya sekitar 90 cm, lingkar dada adalah sekitar 81-94 cm dan panjang ekor sekitar 20-22 cm. Puting susu induk 12-14. Rata-rata banyaknya anak adalah 12 ekor per kelahiran.
Babi Bali memiliki kelebihan bisa sepenuhnya diberikan pakan berupa limbah dapur. Sementara untuk jenis babi landrace atau saddle back perlu diberikan pakan pabrik untuk penggemukan. Babi Bali sangat baik untuk babi guling karena karakteristik babi Bali yang banyak berlemak sangat cocok untuk dijadikan babi guling.
Ciri-ciri babi Bali meliputi warna kulit mayoritas hitam, perut buncit, postur tubuh pendek dan kecil. Produksi daging (karkas) relatif kecil dibandingkan dengan babi jenis landrace atau saddle back.
Induk babi Bali mampu menghasilkan anak sebanyak 8-10 ekor (dalam satu kali melahirkan). Sementara jenis induk landrace atau saddle back mampu menghasilkan 10-12 ekor dalam satu kali kelahiran.
Babi Bali yang berumur 1 bulan untuk kebutuhan upacara bisa dihargai Rp 400.000 per ekor. Babi butuan (sebutan untuk babi Bali berumur satu bulan) banyak digunakan upacara mecaru termasuk jenis upacara lainnya. Babi Bali yang sudah menginjak usia 6 bulan sudah bisa mencapai berat 80 kg.
Karakteristik :
a. Warna hitam dan bulu agak kasar.
b. Punggung melengkung kebawah, tidak sampai ketanah
c. Cungurnya relative pendek
d. Telinga tegak tinggi
e. Pundak 48-54 cm
f. Panjang tubuh 94 cm
g. Puting susu 12-14 buah dengan jumlah anak perkelahiran 12 ekor

2. Babi Krawang
Keturunan dari tiongkok. Ciri-cirinya : kepala kecil, telinga pendek berdiri tegak, tulang belakang lemah dan agak panjang, perut hamper menyusur ke tanah, kaki pendek, warnai belang, atas hitam dan bagian bawah putih.
3. Babi Sumba
Masih dekat hubungannya dengan babi hutan. Ciri-cirinya : Kepala agak panjang, telinga kecil, sedikit tegak, tulang belakan lemah, warna hitam, belang hitam atau kehitam-hitaman.
4. Babi Nias
Babi nias masih dekat hubungan dengan babi liar. Badannya sedang, ukuran kepalanya lebih pendek dari babi Sumba. Telinganya tegak,kecil, mulutnya runcing, bulunya agak tebal, terutama pada leher dan bahu sedang babi ini berwarna putih atau belang hitam.
Ada satu fenomena yang akhir-akhir ini dilakoni masyarakat di Nias Barat yaitu beternak babi di pinggir pantai, Hanya memberi makan daging kelapa sekali sehari sekedarnya saja.
Peternak babi di pantai ini memelihara ternaknya di pinggir laut dan membatasi areal ternaknya dengan membuat parit selebar 1 meter (ino’o) sehingga ternak babi mereka tidak bisa pergi jauh. Karena dalam beternak ini boleh dikatakan beternak secara massal maka areal yang dibatasi dengan ino’o bisa luas mencapai 3 km persegi dan ini dikerjakan oleh orang satu kampung dan tiap keluarga dapat memelihara babi 10 ekor atau lebih dengan membiarkan berkeliaran di areal yang sudah dibatasi sehingga di areal itu ada ratusan ekor babi dengan berbagai ukuran dan pemiliknya berbeda-beda.
Makanan babi adalah bulu gowinasi/daun ubi jalar laut yang secara otomatis tumbuh dipinggir pantai tanpa dipelihara sehingga babi tumbuh dengan sendirinya. Namun untuk kesegaran ternak babi ini sekali sehari diberikan makanan variasi berupa kelapa parut sekedarnya saja oleh pemiliknya. Cara memberikan makanan kelapa ini juga sangat unik yaitu pemilik memanggil ternaknya dan menjaga agar hanya ternaknya yang memakan kelapa yang yang diberikan, setelah habis baru pemiliknya pulang. Peternakan yang sangat menguntungkan karena biaya sangat murah dan tidak membutuhkan tenaga manusia yang banyak. Ubi jalar laut tumbuh dengan sendirinya dan sangat banyak serta cepat pertumbuhannya dan buah kelapa sangat banyak di Nias dan tidak terlalu banyak dibutuhkan.
Salah satu desa yang telah melaksanakan peternakan massal ini adalah desa Togimbögi kecamatan Sirombu sehingga orang yang membutuhkan babi selalu datang kesana karena hampir satu kampung memiliki ternak babi.
5. Babi Batak
Tinggi pundak 54-51 cm, panjang 71-95 cm. Telinga tengah warna rata-rata hitam walaupun ada warna bercak-bercak putih.Bulu pada bagian bahu dan leher agak tebal. Rata-rata putting susu 10.
6. Babi Tana Toraja
Babi kecil (minipig). Tinggi pundak 45 cm, panjang 71 cm. Warna hitam putih dan ada yang hitam semua.
Tujuan Penggunaan Binatang Babi Lokal
Pada masyarakat Batak (Karo) babi biasanya digunakan untuk :
1. Upacara adat perkawinan yang dimana pihak pria harus mengorbankan/ mempersembahkan satu nyawa yaitu menyembelih seekor hewan (sapi, babi atau kerbau), yang akan diberikan kepada pengentin wanita.
2. Salah satu binatang peliharaan masyarakat Batak (Karo)
Sedangkan pada masyarakat Toraja, babi umumnya digunakan untuk :
1. Tongkonan (rumah adat tradisional suku Toraja), yang dimana binatang babi menjadi salah satu persembahan dalam pembangunan rumah adat tersebut.
2. Upacara adat kematian, babi menjadi salah satu binatang persembahan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar